Tiga pulau kecil atau Gili Tramerna di Lombok Utara, yaitu Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air, sedang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air bersih. Pelaku pariwisata di sana meminta pemerintah setempat untuk peduli terhadap masalah ini, mengingat ada sekitar 3000 wisatawan yang datang, kebanyakan dari mereka adalah turis asing dari Bali. Masalah ini bermula dari dihentikannya aliran air bersih karena masalah perizinan. Saat ini, di tiga pulau kecil tersebut hanya tersedia air sumur bor yang rasanya payau atau asin.
Vicky Hanoi, Sekretaris Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia Kabupaten Lombok Utara, yang juga merupakan General Manager Pearl of Trawangan Resort, menyatakan bahwa jika harus menunggu suplai air dari daratan Lombok melalui angkutan perahu, harga air bersih akan menjadi mahal. Ia juga mengungkapkan kekhawatiran bahwa jika masalah ini berlarut-larut, turis asing mungkin akan membatalkan kunjungan mereka. Bahkan, sudah ada pembatalan kedatangan sebesar 10 persen ke Gili Tramena. Hal ini bisa berdampak pada penurunan jumlah kunjungan hingga 50 persen dan pengurangan jumlah karyawan lokal hingga ratusan orang.
Gili Tramena memerlukan hingga 5.000 liter air bersih setiap hari. Biaya angkut air dari daratan mencapai Rp 500 ribu per kubiknya. Para pelaku pariwisata di sana sangat bergantung pada kepedulian pejabat untuk menangani masalah ini dengan cepat. Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah mencabut izin lokasi perairan PT Tiara Cipta Nirwana di Gili Meno dan Gili Trawangan karena melewati Kawasan Konservasi Perairan Nasional Taman Wisata Perairan Gili Ayer, Gili Meno, dan Gili Trawangan.
Dalam situasi seperti ini, penting bagi pemerintah dan pihak terkait untuk segera mencari solusi yang tepat. Kebutuhan akan air bersih merupakan hal yang vital, terutama di destinasi wisata yang ramai seperti Gili Tramena. Upaya untuk memastikan pasokan air bersih yang memadai harus menjadi prioritas utama, agar pariwisata di sana tetap berjalan lancar dan tidak terganggu oleh masalah ini. Semua pihak harus bekerja sama untuk menemukan solusi yang berkelanjutan dan berkesinambungan demi keberlangsungan pariwisata di Gili Tramena.